KATA PENGANTAR
Alhamdulillah tidak lupa kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT,
sehingga kami dapat menyelesaikan penulisan tugas makalah Bahasa Indonesia ini.
Makalah ini disusun mengenai tentang penggunaan EYD khususnya dalam penggunaan
tanda baca, yang di masa kini kurang begitu diperhatikan dan jarang
dipergunakan dalam suatu kepentingan yang non formal.
Semoga dengan makalah yang kami buat ini dapat menambah wawasan, pengetahuan
dan pemahaman kita tentang seberapa pentingnya penggunaan tanda baca yang benar
sesuai dengan EYD. Penulis sadar dalam penulisan makalah ini banyak terdapat
beberapa kekurangan dan kesalah. Akan tetapi kami yakin makalah ini dapat
bermanfaat buat kita semua.
Jakarta, November 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ejaan Adalah seperangkat aturan atau
kaidah pelambang bunyi bahasa, pemisahan, penggabungan, dan penulisanya dalam
suatu bahas. Batasan tersebut menunjukan pengertian kata ejaan berbeda
dengan kata mengeja. Mengeja adalah kegiatan melafalakan huruf, suku
kata, atau kata, sedangakan ejaan adalah suatu sistem aturan yang jauh
lebih luas dari sekedar masalah pelafalan. Ejaan mengatur keseluruhan cara
menuliskan bahasa dengan menggunakan huruf, kata, dan tanda baca sebagai
sarananya.
Ejaan merupakan kaidah yang harus
dipatuhi oleh pemakai bahasa demi keteraturan dan keseragaman hidup,
terutama dalam bahasa tulis. Keteraturan dalam bentuk akan berimplikasi pada
ketepatan dan kejelasan makna. Ibarat sedang menyetir kendaraan, ejaan adalah
rambu lalu lintas yang harus dipatuhi oleh setiap pengemudi. Jika para
pengemudi mematuhi rambu itu, terciptalah lalu lintas yang tertib, teratur, dan
tidak semrawut. Seperti itulah kira – kira bentuk hubungan antara pemakai dengan
ejaan.
Ejaan yang berlaku sekarang
dinamakan Ejaan Yang Disempurnakan (EYD). EYD yang resmi mulai diberlakukan
pada tanggal 16 Agustus 1972 ini memang upaya penyempurnaan ejaan yang sudah
dipakai selam dua puluh lima tahun sebelumnya yang dikenal dengan nama Ejaan
Republik atau Ejaan Soewandi (Menteri PP dan K Republik Indonesia pada tahun
itu diresmikan pada tahun 1947). Sebelum Ejaan Soewandi telah ada ejaan yang
merupakan ejaan pertama Bahasa Indonesia yaitu Ejaan Van Ophuysen (nama seorang
guru besar Belanda yang juga pemerhati bahasa) yang diberlakukan pada tahun
1901 oleh pemerintah Belanda yang menjajah Indonesia pada masa itu. Ejaan Van
Ophuysen tidak berlaku lagi pada tahun 1947.
1.2 Masalah
Pada masalah ini, kami akan
menjelaskan bagaimana cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar. Di sini
kami menuliskan macam macam tanda baca beserta aturan letak penggunaan dan
fungsi dari macam-macam tanda baca tersebut, sehingga kita bisa memahami
bagaimana cara penggunaan tanda baca yang baik dan benar, karena dalam aturan
penggunaan tanda baca, banyak sekali masalah masalah penulisan tanda baca yang
kurang tepat sehingga terkadang sulit untuk memahami isi tentang tulisan yang
ditulis dalam sebuah karya tulis.
1.3 Ruang Lingkup Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)
Ruang lingkup EYD mencangkup lima aspek, yaitu:
1.
Pemakaian Huruf
2.
Penulisan Huruf
3.
Penulisan Kata
4.
Penulisan unsure serapan
5.
Pemakaian Tanda Baca
1.4 Tujuan
Adapun tujuan yang ingin kami capai
dari penulisan karya tulis ini adalah:
1.
Dapat memahami fungsi dari macam-macam tanda baca yang ada
2.
Dapat memahami tata cara dan letak dalam penggunaan tanda baca
3.
Dapat membuat sebuah karya tulis dengan tanda baca yang baik dan benar
4.
Dapat memahami dan mengembangkan tulisan dengan tanda baca yang baik dan benar
1.5 Manfaat
Dengan diselesaikanya makalah ini,
kami dapat memberikan manfaat antara lain
1.
Dapat menulis karya ilmiah dengan Ejaan tanda baca yang benar
2.
Dapat menggunakan tanda baca yang sesuai dengan konteks kalimat yang ada
3.
Dapat memahami penggunaan tanda baca untuk menulis sebuah karya ilmiah yang
baik dan benar
BAB II
PEMBAHASAN
A. Penggunaan EYD yang benar pada penulisan huruf dan
kata
1. Penggunaan Huruf Kapital
a. Jabatan tidak diikuti nama orange
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b. Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c. Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
d. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e. Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.
2.Penulisan Huruf Miring
a. Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport
1. Penggunaan Huruf Kapital
a. Jabatan tidak diikuti nama orange
Dalam butir 5 Pedoman EYD dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama unsure nama jabatan dan pangkat yang diikuti nama orang tertentu, nama instansi, atau nama tempat. Contoh, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Gubernur Jawa Barat, Profesor Jalaluddin Rakhmat, Sekretaris Jendral, Departemen Pendidikan Nasional. Jabatan tidak diikuti nama orang tidak memakai huruf kapital. Contoh, Menurut bupati, anggaran untuk pendidikan naik 25 % dari tahun sebelumnya.
b. Huruf pertama nama bangsa
Dalam butir 7 dinyatakan, huruf kapital digunakan sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa. Contoh, bangsa Indonesia, suku Sunda, bahasa Inggris.
Ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama nama bangsa, suku bangsa, dan bahasa yang dipakai bentuk dasar kata turun. Contoh : ke-Sunda-Sundaan,ke-Inggris-Inggrisan,ke-Batak-Batakan, meng Indonesiakan.Seharusnya : kesunda-sundaan, keinggris- inggrisan, kebatak-batakan, mengindonesiakan.
c. Nama geografi sebagai nama jenis
Dalam butir 9 ditegaskan, huruf kapital tidak dipakai sebagai huruf pertama istilah geografi yang tidak menjadi unsur nama diri. Contoh, berlayar ke teluk, mandi di kali, menyebrangi selat, pergi ke arah tenggara, kacang bogor, salak bali, pisang ambon, pepaya bangkok, nanas subang, tahu sumedang, peuyeum bandung dan telur brebes.
d. Setiap unsur bentuk ulang sempurna
Dalam butir 11 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama setiap unsur bentuk ulang sempurna yang terdapat pada nama badan lembaga pemerintah dan ketatanegaraan, serta dokumen resmi. Contoh, Perserikatan Bangsa-Bangsa, Yayasan Ilmu-Ilmu Sosial, Yayasan Ahli-Ahli Bedah Plastik Jawa Barat, Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, Garis-Garis Besar Haluan Negara.
e. Penulisan kata depan dan kata sambung
Dalam butir 12 dinyatakan, huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama semua kata di dalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan kecuali kata seperti di, ke, dari, dan, yang, dan untuk yang tidak terletak pada posisi awal. Biasanya dipakai pada penulisan judul cerpen, novel. Contoh, Harimau Tua dan Ayam Centil, Hari-Hari Penantian dalam Gua Neraka, Kado untuk Setan, Taksi yang Menghilang.
2.Penulisan Huruf Miring
a. Penulisan nama buku
Pada butir 1 pedoman penulisan huruf miring ditegaskan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam tulisan. Contoh, Buku Jurnalistik Indonesia, Majalah Sunda Mangle, Surat Kabar Bandung Pos.
b. Penulisan penegasan kata dan penulisan bahasa asing
Butir 2 pedoman penulisan huruf miring menyatakan, huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, kata, atau kelompok kata.
Contoh, boat modeling, aeromodeling, motorsport
2.1 Pemakaian Tanda Baca
Dalam hal pembuatan karangan ilmiah,
kesalahan huruf dan tanda baca sering muncul. Dan di dalam penulisan tanda baca
sering sekali kita lalai dan melakukan kesalahan dalam penulisanya. Sehingga
menjadikan karangan atau karya ilmiah kita menjadi sebuah karya yang kurang
baik karena ada kesalahan dalam penulisanya. Dari berbagai kesalahan itu,
sebenarnya para penulis karya ilmiah mampu untuk membuat tulaisanya, akan
tetapi mereka sering lalai dan ceroboh dalam penggunaan tanda baca. Karena apa,
tanda baca selalu di anggap sepele dalam penggunaanya sehingga kadang
menjadikan kalimat itu menjadi rancu dan berbeda arti. Suatu contoh kita ambil
kalimat “kucing makan tikus mati”. Dalam konteks kalimat ini jika tidak kita
beri pemisah tanda baca maka akan menjadikanya sulit untuk dipahamai. Dari
kalimat “kucing makan tikus mati” siapakah yang mati dalam konteks kalimat
ini?, akan tetapi apabila kita ganti konteks kalimat ini dengan pemberian tanda
baca seperti ini ”kucing makan, tikus mati”, siapakah yang mati dalam konteks
kalimat ini?, kemudian apabila kita gunakan konteks kalimat ini ”kucing makan
tikus, mati”, siapakah yang mati dalam konteks kalimat ini?. Kucing makan tikus
mati adalah salah satu contoh kalimat yang banyak persepsi apabila kita salah
menggunakan tanda bacanya. Oleh karena itu, pemakaian tanda baca dalam
penyusunan kalimat sangat perlu untuk diperhatikan.
2.2 Macam-macam tanda baca
Tanda tanda baca yang dipakai dalam
penuisan yaitu:
1)
Tanda titik(.)
2)
Tanda koma(,)
3)
Tanda titik koma(;)
4)
Tanda titik dua (:)
5)
Tanda hubung(-)
6)
Tanda pisah (_)
7)
Tanda elipis(…)
8)
Tanda Tanya(?)
9)
Tanda seru(!)
10) Tanda
kurung((…))
11) Tanda
kurung siku([…])
12) Tanda
petik ganda(“…”)
13) Tanda
petik tunggal(‘…’)
14) Tanda
garis miring(/)
15) Tanda
penyingkat(‘)
2.3 Fungsi tanda baca
Dari macam-macam tanda baca yang
telah disebutkan tadi, masing masing tanda baca memiliki fungsi dan kegunaanya
masing-masing.
2.3.1 Tanda Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
-
Ibuku tinggal di Jakarta.
-
Biarlah mereka menunggu di sana.
2.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan, ikhtisar,
atau daftar.
Misalnya:
-
II. Departemen Luar Negeri
Catatan:
Tanda titik tidak dipakai di
belakang angka atau huruf dalam suatu bagan atau ikhtisar jika angka atau huruf
itu merupakan yang terakhir dalam deretan angka atau huruf.
3. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan
waktu.
Misalnya:
pukul 2.15.30 (pukul 2 lewat 15
menit 30 detik)
4. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang menunjukan jangka
waktu.
Misalnya:
-
1.3.20 jam ( 1 jam, 3 menit, 20 detik)
-
0.10.20 jam (10 menit, 20 detik)
-
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda
titik dipakai di antara nama penulis, judul tulisan yang tidak berakhir dengan
tanda tanya dan tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan
Sengsara. Weltervreden: Balai Poestaka.
6. Tanda
titik dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200 orang.
Gempa yang terjadi semalam
menewaskan 1.231 jiwa.
7. Tanda
titik tidak dipakai untuk memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya
yang tidak menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
8. Tanda
titik tidak dipakai pada akhir judul yang merupakan kepala karangan atau
kepala ilustrasi, tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
9.
Tanda titik tidak dipakai di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal
surat atau (2) nama dan alamat penerima surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa titik)
2.3.2 Tanda Koma (,)
1.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya membeli kertas, pena, dan
tinta.
Surat biasa, surat kilat, ataupun
surat khusus memerlukan perangko.
2.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari kalimat
serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau melainkan.
Misalnya:
Saya ingin datang, tetapi
hari hujan.
Didi bukan anak saya, melainkan
anak Pak Kasim.
3.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika anak
kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau hari hujan, saya tidak akan
datang.
Karena sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan datang kalau hari
hujan.
Dia lupa akan janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal itu penting.
5. Tanda
koma dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh karena itu, jadi, lagi
pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu, kita
harus hati-hati.
6. Tanda
koma dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya, wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
7.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain dari
kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
8. Tanda
koma dipakai di antara (i) nama dan alamat, (ii) bagian-bagian alamat, (iii)
tempat dan tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau negeri yang ditulis
berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap
dialamatkan kepada Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan Pisang Batu
1, Bogor
9. Tanda
koma dipakai untuk menceraikan bagian nama yang dibalik susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa
Baru Bahasa Indonesia. Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka Rakjat.
10. Tanda
koma dipakai di antara nama orang dan gelar akademik yang mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga, atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda
koma dipakai untuk mengapit keterangan tambahan yang sifatnya tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang laki-laki
maupun yang perempuan, mengikuti latihan paduan suara.
12. Tanda
koma dipakai di muka angka persepuluh atau di antara rupiah dan sen yang
dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
13. Tanda
koma dapat dipakai––untuk menghindari salah baca––di belakang keterangan yang
terdapat pada awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan pengembangan
bahasa, kita memerlukan sikap yang bersungguh-sungguh.
14. Tanda
koma tidak dipakai untuk memisahkan petikan langsung dari bagian lain
yang mengiringinya dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir dengan
tanda tanya atau tanda seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?” tanya
Karim.
2.3.3 Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda
titik koma dapat dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat yang sejenis
dan setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan belum
selesai juga.
2. Tanda
titik koma dapat dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk memisahkan
kalimat yang setara di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di kebun
itu; Ibu sibuk memasak di dapur; Adik menghapal nama-nama pahlawan nasional.
2.3.4. Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda
titik dua dipakai sesudah kata atau ungkapan yang memerlukan pemerian.
Misalnya:
Ketua : Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
2. Tanda
titik dua dipakai (i) di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di antara
surah dan ayat dalam kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul suatu
karangan, serta (iv) nama kota dan penerbit buku acuan dalam karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
3. Titik
dua dapat dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan pelaku dalam
percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
4. Titik
dua dapat dipakai pada akhir suatu pernyataan lengkap jika diikuti rangkaian
atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi mempunyai tiga orang anak:
Ardi, Aldi, dan Asdi.
2.3.5. Tanda Hubung (-)
1. Tanda
hubung menyambung suku-suku kata dasar atau kata berimbuhan yang terpisah oleh
pergantian baris.
Misalnya:
Walaupun demikian, masih banyak yang
ti-dak mematuhi peraturan tersebut.
2.
Tanda hubung menyambung unsur-unsur kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu,
berulang-ulang, kemerah-merahan, mondar-mandir, sayur-mayur
3. Tanda
hubung menyambung huruf dari kata yang dieja satu-satu dan bagian-bagian
tanggal.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
4. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan kata dengan kata berikutnya atau sebelumnya
yang dimulai dengan huruf kapital, kata/huruf dengan angka, angka dengan
kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek,
mem-PHK-kan, sinar-X, peringkat ke-2, S-1, tahun 50-an
5. Tanda
hubung dipakai untuk merangkaikan unsur bahasa Indonesia dengan unsur bahasa
asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
2.3.6 Tanda Tanya
1. Tanda
tanya dipakai pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
2. Tanda
tanya dipakai di dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat yang disangsikan
kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun 1983 (?).
2.3.7 Tanda Seru (!)
1. Tanda
seru dipakai pada akhir kalimat printah.
Misalnya:
Bersihkan kamar itu sekarang juga!
2. Tanda
seru dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun rasa emosi yang kuat.
Misalnya:
Alangkah seramnya peristiwa itu!
2.3.8 Tanda Kurung ((...))
1. Tanda
kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A telah selesai menyusun GBPK
(Garis-Garis Besar Program Kerja) dalam sidang pleno tersebut.
2. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian integral pokok
pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan itu (lihat Tabel 10)
menunjukkan perkembangan per-ekonomian Indonesia lima tahun terakhir.
3. Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan keterangan.
Misalnya:
Faktor produksi menyangkut masalah
(a) alam, (b) tenaga kerja, dan (c) modal.
4. Tanda
kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine diserap ke dalam
bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
2.3.9 Tanda Kurung Siku ([...])
1. Tanda
kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai korekssi atau
tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang lain. Tanda itu
menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang terdapat di dalam naskah
asli.
Misalnya:
Sang Puteri men[d]engar bunyi
gemerisik.
2. Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang sudah bertanda
kurung.
Misalnya:
Persamaan kedua proses ini
(perbedaannya dibicarakan di dalam Bab II [lihat halaman 35––38]) perlu
dibentangkan di sini.
2.3.10 Tanda Petik (“...”)
1. Tanda
petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan naskah atau
bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya belum siap,” kata Mira,
“tunggu sebentar!”
2. Tanda
petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai dalam kalimat.
Misalnya:
Sajak “Berdiri Aku” terdaapat pada
halaman 5 buku itu.
Karangan Andi Hakim Nasoetion yang
berjudul “Rapor dan Nilai Prestasi di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3. Tanda
petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang mempunyai arti
khusus.
Misalnya:
Saat ini ia sedang tidak mempunyai
pacar yang di kalangan remaja dikenal dengan “jomblo”.
Karena warna kulitnya, Budi mendapat
julukan “si Hitam”.
2.3.11 Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1. Tanda
petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya Basri, Kau dengar bunyi
‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu kubuka pintu depan, kudengar
teriak anakku, ‘Ibu, Bapak pulang’, dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak
Hamdan.
2. Tanda
petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata atau ungkapan
asing.
Misalnya:
Feed-back berarti
‘balikan’.
2.3.12 Tanda Garis Miring (/)
1. Tanda
garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat dan penandaan
masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No. 12/PK/2005
Jalan Kramat III/10
2. Tanda
garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120 km/jam
2.3.13 Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata
atau bagian angka tahun.
Misalnya:
Gunung pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17 Agustus ’45 (’45 = 1945)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
- Penggunaan tanda baca harus diperhatikan dalam sebuah penulisan karya tulis atau karya ilmiah.
- Masing masing tanda baca memiliki aturan dan tata letak penggunaanya, sehingga kita harus cermat dalam menggunakan tanda baca dan menempatkan tanda baca pada aturan yang telah di tetapkan
- Penggunaan ejaan yang disempurnakan (E Y D) sangat dibutuhkan dalam penulisan karya tulis ilmiah agar sebuah karya tulis ilmiah tersebut dapat tersusun dengan baik dan mudah dipahami.
- Dari berbagai macam kesimpulan, maka penggunaan tanda baca perlu untuk dipahami dan dipelajari lebih detail agar penggunaan tanda baca pada karya ilmiah yang kita buat menjadi benar dan mudah dipahami oleh orang-orang yang akan membaca karya tulis kita.
Sumber :
http://makalainet.blogspot.com/2012/05/makalah-eyd.html
http://herisllubers.blogspot.com/2013/11/makalah-ejaan-yang-disempurnakan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar